BAB
I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Di dalam
sebuah lingkungan belajar seperti ruang kelas terdapat berbagai macam
karakteristik peserta didik. Sebagian besar orang menganggap di dalam
proses pembelajaran tidak ada perbedaan antara siswa satu dengan
siswa yang lainnya. Semua siswa dianggap sama rata. Siswa diberi
materi yang sama, menggunakan bahan ajar yang sama, cara belajar yang
sama, mendapat perlakuan yang sama dari pengajar dan diharapkan
mendapat hasil belajar yang semuanya baik.
Padalah
seperti yang diketahui, setiap individu memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Begitu pula dengan siswa, sebagai individu, siswa yang
satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan. Perbedaan antar
inidividu tersebut nantinya dapat berpengaruh bagaimana proses
belajar akan berlangsung. Guru sebagai seorang pengajar tidak bisa
begitu saja menyamaratakan semua anak didiknya. Untuk mencapai proses
pembelajaran yang optimal, seorang guru harus mengetahui apa saja
yang dibutuhkan siswanya dan berusaha membantu memenuhi kebutuhannya
dalam belajar.
Seorang
guru sebagai salah satu fasilitator dalam pembelajaran matematika
sebaiknya dapat memastikan setiap anak didiknya mendapatkan apa yang
ia butuhkan. Oleh
karena itu, seorang guru dituntut untuk
dapat memahami
perbedaan-perbedaan
individu tiap anak didiknya. Dengan memahami hal tersebut, diharapkan
guru dapat menyediakan upaya-upaya agar setiap siswa dapat mengikuti
proses pembelajaran seefektif mungkin.
- Apa yang dimaksud perbedaan individu?
- Macam-macam perbedaan individu dalam proses pembelajaran matematika?
- Bagaimana cara menyikapi perbedaan individu tersebut?
- TUJUAN
- Mengetahui pengertian perbedaan individu.
- Mengetahui perbedaan-perbedaan individu dalam proses pembelajaran matematika.
- Mengetahui cara menyikapi perbedaan individu dalam proses belajar.
- MANFAAT
Dengan
tercapainya tujuan di atas, diharapkan makalah ini dapat memberi
manfaat bagi mahasiswa khususnya jurusan pendidikan matematika
sebagai calon guru, untuk dapat memahami perbedaan individual
dimiliki peseta didik sehingga dapat membantu keberhasilan dalam
proses belajar siswa. Serta dapat memberikan manfaat pada pembaca
pada umumnya untuk mengetahui pengertian dan macam-macam perbedaan
individual.
BAB
II
PEMBAHASAN
- PERBEDAAN INDIVIDU
Makna
“perbedaan” dan “perbedaan individual” menurut Lindgren
(1980) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik
maupun psikologis. Perbedaan individual berkaitan dengan “psikologi
pribadi”, yang menjelaskan perbedaan psikologis antara orang-orang
serta berbagai persamaannya. Psikologi perbedaan individual menguji
dan menjelaskan bagaimana orang-orang berbeda dalam berpikir,
berperasaan, dan bertindak.
Perbedaan
individual terbentuk karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi.
Faktor yang berperan paling pertama yaitu faktor bawaan. Setiap
individu terlahir dari dua individu yang juga berbeda antara satu dan
lainnya sehingga menghasilkan variasi yang berbeda pula. Kemudian
faktor lingkungan dimana individu tersebut berkembang menjadi faktor
penentu berikutnya. Faktor lingkungan seperti keadaan sosial dan
ekonomi setiap individu berbeda satu sama lain, mengakibatkan
karakteristik individu berbeda pula.
Dalam
proses pembelajaran khususnya pembelajaran matematika, perbedaan
individu dapat terlihat dari bagaimana perlakuan siswa saat belajar
matematika, bagaimana cara siswa menangkap materi, daya kemampuan
siswa dalam menyerap materi pembelajaran.
- MACAM-MACAM PERBEDAAN INDIVIDU
Seperti
yang sudah di jelaskan sebelumnya, setiap manusia merupakan individu
yang unik dan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Begitu pula di
dalam sebuah proses pembelajaran. Peserta didik selaku individu
memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan antara satu dengan
yang lainnya. Khususnya dalam proses pembelajaran matematika. Sebagai
seorang pengajar dan pendidik guru tidak bisa meremehkan
perbedaan-perbedaan yang ada. Berikut akan dijabarkan macam-macam
perbedaan individual dalam proses pembelajaran matematika.
- Perbedaan gender dan jenis kelamin.
Istilah
gender dan jenis-kelamin sering dianggap sama. Perbedaan jenis
kelamin terkait dengan perbedaan biologis atau fisik yang tampak
antara laki-laki dengan perempuan. Sedangkan perbedaan gender
merupakan aspek psikososial yang berbeda antara laki-laki dan
perempuan. Perbedaan gender termasuk dalam hal peran, tingkah laku,
kecenderungan, sifat, dan atribut lain yang menjelaskan arti menjadi
seorang laki-laki atau perempuan.
Dalam
proses pembelajaran sebenarnya perbedaan jenis kelamin dan gender itu
sendiri tidak bisa dikatakan penentu keberhasilan belajar para siswa.
Namun faktor sosial dan kultural dapat menyebabkan adanya perbedaan
gender dalam prestasi akademik. Faktor tersebut meliputi familiaritas
siswa dengan mata pelajaran, perubahan aspirasi pekerjaan, persepsi
terhadap mata pelajaran khusus yang dianggap tipikal gender tertentu,
dan harapan guru terhadap siswa.
Perbedaan
gender terkait dengan kemampuan akademik siswa terlihat pada
perbedaan kemampuan verbal, kemampuan spasial, kemampuan matematika
dan sains. Pada umumnya dalam mata pelajaran matematika dan sains,
perempuan cenderung menunjukkan prestasi yang lebih baik dari
laki-laki. Namun pada tahun-tahun berikutnya di sekolah menengah,
prestasi perempuan cenderung menurun dan laki-laki menunjukkan
prestasi yang meningkat. Padahal sebenarnya dalam penelitian
kemampuan kognitif tidak ada yang menunjukkan bahwa laki-laki
mempunyai bakat yang lebih besar dalam pelajaran sains dan
matematika.
Keadaan ini
memunculkan mitos bahwa perempuan dianggap tidak dapat mengerjakan
pelajaran matematika dan sains dengan baik, sehingga menyebabkan
adanya perbedaan perlakuan terhadap siswa laki-laki dan perempuan.
Dalam proses pembelajaran khususnya matematika, seringkali guru lebih
memperhatikan siswa laki-laki dibandingkan perempuan, sehingga
perempuan merasa tidak harus menguasai pelajaran. Hal ini menimbulkan
motivasi belajar matematika siswa perempuan menjadi rendah. Perempuan
merasa tidak perlu mempelajari matematika karena pelajaran tersebut
dikhususkan untuk laki-laki saja.
- Perbedaan kemampuan
Pada
umumnya, kemampuan sering disamaratakan dengan kecerdasan. Dalam
konteks perbedaan individual, kecerdasan merujuk pada kemampuan
belajar siswa. Sejak lahir manusia diberi kecerdasan yang
berbeda-beda. Perbedaan kecerdasan tersebut dapat dilihat dari
perbedaan skor IQ yang didapat dari hasil test kecerdasan. Angka yang
didapatkan dari skor menunjukkan tingkatan kemampuan intelejen siswa.
Dari penggolongan skor IQ tersebut, terdapat dua jenis golongan yang
perlu mendapat perhatian yaitu gifted
dan retarded.
- Gifted
Siswa yang
memiliki skor IQ di atas 130 disebut gifted.
Dalam proses pembelajaran khususnya matematika, siswa yang tergolong
gifted
ditunjukkan dengan prestasi belajar yang tinggi. Siswa gifted
akan mudah memahami pelajaran yang diberikan bahkan lebih dahulu
mempelajari materi yang belum diajarkan. Mereka dapat mengerjakan
soal-soal sulit yang kebanyakan siswa tidak bisa mengerjakannya.
Bahkan terkadang siswa gifted
dapat mengerjakan soal-soal untuk tingkat yang lebih tinggi.
Karakteristik
siswa gifted
yang terlihat dalam proses pembelajaran antara lain prestasinya yang
di atas rata-rata, cara berfikir yang kreatif dan komitmen terhadap
tugas yang tinggi. Pada saat proses belajar-mengajar berlangsung
misalnya, saat guru menjelaskan tentang suatu rumus matematika, siswa
pada umumnya akan menelan bulat-bulat penjelasan yang mereka terima.
Namun siswa gifted
biasannya akan aktif bertanya darimana rumus itu berasal, bagaimana
mendapatkan penyelesaian masalah dengan rumus lain dan sebagainya.
Begitu pula dalam mengerjakan tugas, ia akan mengerjakan tugas yang
sulit-sulit, sedangkan tugas yang mudah tidak akan dikerjakannya
karena dianggapnya membosankan.
Siswa
gifted
memiliki kemungkinan kesulitan bersosialisasi. Akan terjadi
kesenjangan sosial antara anak gifted
dan siswa lainya. Ia menganggap siswa lain dengan kemampuan jauh
dibawahnya tidak sebanding dengan dirinya sehingga menarik diri dari
pergaulan. Kemungkinan lainnya yaitu siswa gifted
akan menganggap remeh gurunya karena kemampuannya mungkin melebihi
sang guru. Ia menganggap belajar di dalam kelas membosankan karena
materi yang diajarkan terlalu mudah.
- Retarded
Siswa yang
tergolong retarded
yaitu
yang memiliki IQ dibawah 70. Pada umumnya siswa retarded mendapat
perhatian yang lebih khusus dan terpisah dengan siswa pada umumnya.
Oleh Panel Mental Retardasi, anak retarded terbagi menjadi beberapa
klasifikasi yaitu mild (IQ 50-70), moderate (IQ 36-50), severe (IQ
20-36), dan profound (IQ dibawah 20).
Siswa
retarded membutuhkan bimbingan yang lebih khusus untuk belajar.
Pengajaran kepada siswa retarded lebih diutamakan untuk
bersosialisasi dan keterampilan yang sesuai dengan bakatnya.
Pembelajaran seperti matematika tidak perlu ditekankan. Hanya untuk
siswa dengan tingkat kecerdasan yang mendekati normal. Sedangkan
untuk anak yang tergolong moderate dan severe retarded lebih
ditekankan pada bimbingan untuk merawat dirinya sendiri.
- Perbedaan Kepribadian
Definisi
kepribadian menurut Atkinson dkk adalah pola perilaku dan cara
berpikir yang khas, yang menentukan penyesuaian diri seseorang
terhadap lingkungan. Seseorang mempunyai kepribadian yang berbeda
satu dan lainya. Perbedaan kepribadian menyebabkan adanya perbedaan
perilaku dalam proses kegiatan belajar pula. Terdapat berbagai model
untuk menunjukkan perbedaan kepribadian, salah satunya yaitu model
big
five.
Dalam model big five kepribadian dikelompokkan menjadi lima dimensi.
- Extroversion. Siswa dengan kepribadian ini menyukai belajar dengan berkelompok. Mereka sangat antusias dalam diskusi kelompok. Sedangkan siswa introvert cenderung menyukai belajar seorang diri. Bukan karena menarik diri dari pergaulan, namun siswa tipe ini membutuhkan keadaan yang tenang untuk menyerap materi pelajaran.
- Agreeableness. Siswa jenis ini senang bergaul dengan orang lain dan terbuka dengan pendapat orang lain. Sedangkan disagreeable akan mempertahankan pendapatnya sendiri. Dalam proses belajar matematika siswa disagreeable dapat menunjukkan sikap kritisnya. Misalnya saat mengerjakan soal yang berbentuk pembuktian, jika siswa disagreeable merasa dirinya benar, ia akan mempertahankan jawabannya dengan membuktikan kebenarannya. Siswa ini hanya dapat menerima jawaban lain apabila jawabannya terbukti salah dengan dalil-dalil yang sudah ada. Sedangkan siswa agreeable kemungkinan menerima semua jawaban tanpa mencoba membuktikan dulu apakah jawaban itu benar atau salah.
- Concientiousness. Berkaitan dengan cara seseorang mengontrol, mengatur dan memerintah inpuls. Anak yang conscientious akan menghindari kesalahan, mempunyai tujuan yang jelas dan gigih demi mencapai tujuan yang diinginkannya. Sedangkan unconcientious kurang berambisi, tidak terikat dengan tujuan yang harus dicapai. Siswa conscientious cenderung serius dan bersungguh-sungguh dalam belajar demi mencapai target prestasi yang terbaik. Namun hal ini menyebabkan hubungan dengan sesama temannya terlihat kaku karena terpaku pada belajar saja. Sedangkan siswa unconcientious lebih luwes dalam bergaul namun kurang dapatserius dalam belajar.
- Stabilitas emosional. Neoriticism merujuk pada kecenderungan untuk mengalami emosi negatif. Siswa yang mempunyai neoriticism yang tinggi akan mudah terpancing oleh hal-hal yang kecil. Mereka mudah terganggu pada saat belajar sehingga menyebabkan bad mood dan akhirnya mengganggu proses belajar. Siswa yang tingkat neoriticism nya rendah dapat mengontrol emosi dengan baik sehingga tidak mudah terganggu oleh hal-hal kecil.
- Openness to experience. Kepribadian siswa yang terbuka dengan hal-hal yang baru dan mau mencoba. Berani mengambil resiko demi menjawab keingintahuan mereka. Dalam pembelajaran, siswa dengan tipe ini tidak cepat puas dengan apa yang mereka dapatkan di pelajaran. Siswa akan mencoba soal-soal yang baru, mencari rumus-rumus baru yang berkaitan dengan topic yang sedang mereka pelajari. Sedangkan siswa pada umumnya mugnkin hanya menerima apa yang mereka dapat saja.
- Perbedaan Gaya Belajar
Setiap
inidividu mempunyai cara tersendiri dalam memahami sesuatu. Begitu
pula cara siswa dalam menyerap materi pelajaran yang didapatkan dari
guru berbeda-beda. Gaya belajar siswa berkaitan dengan cara belajar
yang mereka sukai, atau yang mereka anggap paling efektif. Gaya
belajar siswa juga dapat dipengaruhi bentuk kepribadiannya. Seperti
siswa dengan kepribadian extrovert akan senang dengan pembelajaran
yang melibatkan kelompok. Siswa yang introvert lebih menyukai belajar
di tempat yang tenang.
Namun gaya
belajar tidak bersifat statis, artinya dapat berubah-ubah sesuai
dengan situasi. Misalnya dalam pembelajaran matematika yang
membutuhkan visualisasi dan praktek dalam kehiuspan sehari-hari.
Siswa yang terbiasa belajar sendiri mungkin akan merasa kesulitan
dalam visualisasi dan membutuhkan bantuan orang lain. Siswa tersebut
mau tidak mau harus bertanya pada siswa lain, dengan begitu akan
terciptalah kelompok diskusi.
- UPAYA MENYIKAPI PERBEDAAN INDIVIDU DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, di dalam sebuah proses pembelajaran
terdapat siswa dengan berbagai perbedaan individual. Perbedaan itu
sangatlah lumrah dan tidak dapat dihindari. Sebagai seorang pengajar
yang baik, guru tidak dapat meniadakan perbedaan-perbedaan tersebut
dengan menganggap semua siswa sama. Oleh karena itu dibutuhkan upaya
dalam menyikapi perbedaan-perbedaan setiap siswa. Upaya tersebut
dapat berupa cara mengajar yang bervariatif.
Untuk
menyikapi perbedaan gender antara siswa laki-laki dan perempuan di
kelas, hendaknya guru memberikan pengertian bahwa pembelajaran
khususnya matematika tidak hanya diperuntukkan untuk laki-laki saja.
Guru memberikan kesempatan pada siswa perempuan untuk dapat lebih
aktif dalam pembelajaran. Selain itu membantu siswa yang kurang
memahami pelajaran baik itu siswa laki-laki maupun siswa perempuan.
Menyikapi
perbedaan kemampuan siswa di dalam kelas dapat dengan cara variasi
dalam penyampaian materi. Siswa dengan kecerdasan tinggi dapat
menerima materi yang diajarkan dengan cepat. Namun siswa yang
mempunyai kecerdasan rata-rata kebawah mungkin akan membutuhkan
sekali dua kali pengulangan lagi. Siswa gifted membutuhkan perhatian
khusus agar tidak terjadi ketimpangan dengan siswa lainnya. Guru
menjelaskan materi secara umum untuk seluruh siswa. Kemudian guru
memberikan soal-soal latihan bagi siswa-siswa yang dirasa telah jelas
dengan materi yang disampaikan. Setelah itu guru menanyakan lagi
kepada siswa lainnya jika ada materi yang perlu dijelaskan kembali.
Perbedaan
kepribadian dan gaya belajar siswa dapat disikapi dengan variasi
metode pengajaran oleh guru. Pada pertemuan pertama biasanya
digunakan guru untuk mengobservasi macam-macam perilaku siswa ketika
di kelas, sehingga guru mempunyai referensi untuk menentukan metode
mengajar yang akan digunakan. Misalnya untuk menyikapi anak
extroversion,
guru sesekali mengadakan diskusi kelompok untuk memudahkan belajar
siswa extrovert. Pemberian tugas mandiri atau tugas rumah akan
memberi kesempatan siswa introvert untu lebih memahami materi
sendiri.
Menyikapi
siswa yang kritis diperlukan metode pembelajarn yang terbuka. Memberi
kesempatan siswa untuk mencoba dan membuktikan jawaban yang benar
atau salah. Guru juga harus memberi jalan untuk siswa yang
mengeksplorasi materi yang diajarkan. Tetapi perlu diperhatikan agar
tidak memaksakan kehendak kepada siswa-siswa karena akan menjadi
beban mereka. Selain itu guru diharapkan dapat memberi motivasi
secara terus menerus kepada siswa untuk dapat berprestasi.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam
proses pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika, sudah
sewajarnya terdapat perbedaan antara siswa satu dengan yang lain.
Tugas seorang guru adalah memenuhi kebutuhan setiap siswanya. Dengan
memahami perbedaan individu yang ada pada siswa-siswanya, guru dapat
mengantisipasi dengan memberikan metode pembelajaran yang bervariatif
sehingga semua siswanya dapat mengikuti pembelajaran matematika
dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Sugihartono,
dkk. 2007. Psikologi
Pendidikan. Yogyakarta:
UNY Press
Amir Al
Maruzy. 2010. Karakteristik
dan Perbedaan Individu.
(http://edukasi.kompasiana.com/2010/09/01/karakteristik-dan-perbedaan-individu/).
Diakses pada Senin tanggal 24 Desember 2012.
Sesungguhnya kesempurnaan adalah hanya milik Tuhan, dan kelalaian adalah milik makhluknya...
BalasHapus