Perlunya Pembelajaran yang Direncanakan Untuk Mencapai Tujuan Pembelajaran

Leave a Comment

Perlunya Pembelajaran yang Direncanakan Untuk Mencapai Tujuan Pembelajaran
Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan manusia untuk memperoleh pengetahuan. Jika dilihat secara kompleks belajar bukan hanya aktivitas yang dikerjakan secara individu. Belajar membutuhkan komponen-komponen lain yang berkaitan di dalamnya, seperti pengajar, materi yang dipelajari, sarana dan prasarana belajar dan lain sebagainya. Komponen-komponen tersebut membentuk suatu sistem pembelajaran. Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien, maka diperlukanlah perencanaan sistem pembelajaran.
Sistem pembelajaran dapat diartikan secara luas sebagai suatu topik yang kompleks mengenai usaha untuk melaksanakan pembelajaran. Sistem pembelajaran bukan hanya berkaitan dengan guru dan siswa, tetapi juga manajemen sekolah, masyarakat, komite sekolah, lembaga yang mengelola dan pemerintah sebagai pengelola tertinggi. Dalam bahasan ini, ruang lingkup sistem pembelajaran akan ditekankan pada pelaksanaan pembelajaran di kelas.
Lanjutan...
 
Pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru, perencana bahan atau sumber, pakar kurikulum, dan lain-lain yang tujuannya adalah untuk mengembangkan sebuah rencana yang diorganisasikan untuk mendorong kegiatan belajar. Perencanaan sistem pembelajaran dilakukan oleh semua pihak yang terkait, seperti pemerintah, masyarakat, lembaga, perusahaan dan lain-lain. Namun dalam pelaksanaan pembelajaran, perencanaan dilakukan oleh guru. Perencanaan pembelajaran memperhatikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan berisi sasaran yang akan dicapai dari pembelajaran. Dalam perencanaan, tujuan dianalisis terlebih dahulu sebagai bagian dari perencanaan. Menentukan tujuan baik secara menyeluruh maupun tujuan setiap mata pelajaran.
Dalam setiap mata pelajaran, tentunya tidak hanya memiliki tujuan yang tunggal namun memiliki beberapa tujuan. Misalnya kemampuan siswa yang dikembangkan dalam satu mata pelajaran, dapat berupa kemampuan kognitif maupun kemampuan afektif. Dalam pembelajaran khususnya matematika, tujuan pembelajaran diwujudkan dalam kompetensi dasar yang diharapkan bisa dicapai siswa setelah pembelajaran. Setiap kompetensi memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda satu dengan lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan perencanaan yang berbeda-beda dalam pelaksanaannya.


Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, perencanaan pembelajaran diperlukan guna mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan tujuan pembelajaran berupa sasaran kemampuan-kemampuan siswa yang dikembangkan sebagai hasil dari pembelajaran. Ada beberapa kategori asil belajar menurut Gagne, yaitu keterampilan intelektual, informasi verbal, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Rencana pembelajaran yang dibuat menyesuaikan dengan kategori kemampuan yang akan dikembangkan.
  1. Keterampilan Intelektual
Dalam pembelajaran kemampuan utama yang diukur sebagai hasil pencapaian belajar adalah kemampuan kognitif siswa. Menurut Gagne, keterampilan kognitif merupakan kemampuan yang membuat individu menjadi berkompeten. Tujuan mata pelajaran menguraikan beberapa kompeten yang harus dicapai siswa. Dari situlah guru melaksanakan pembelajaran secara formal dengan menyampaikan ilmu kepada siswa agar mencapai kompetensi.
Sebagai contoh dalam pembelajaran matematika, kompetensi yang harus dicapai seperti ‘Menentukan luas selimut dan volume tabung, kerucut, dan bola’, ‘Menaksir dan mengitung luas permukaan bangun datar dan bangun ruang yang tidak beraturan dengan menerapkan kombinasi geometri dasarnya’ atau ‘Menentukan peluang suatu kejadian sederhana secara empirik dan teoritik’.
Keterampilan intelektual dibedakan lagi berdasarkan jenisnya, seperti diskriminasi-diskriminasi, konsep-konsep konkret, konsep-konsep redefinisi, aturan-aturan, yaitu kemampuan merespons hubungan-hubungan antara objek-objek dan kejadian-kejadian, aturan tingkat tinggi, yaitu kemampuan merespons hubungan-hubungan antara objek-objek dan kejadian-kejadian secara lebih kompleks dan yang terakhir memecahkan masalah.
Merancang pembelajaran dengan sasaran meningkatkan keterampilan intelektual siswa dapat dimulai dari menganalisis kemampuan dasar siswa. Dari hasil analisis ini maka guru dapat mengetahui sampai mana pengetahuan yang siswa dapatkan sebelumnya. Hasil analisis ini penting agar guru dapat membuat rancangan pembelajaran yang tepat untuk siswa. Setelah analisis, guru dapat menentukan materi yang sesuai dengan siswa, aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan siswa, pendekatan pembelajaran yang akan digunakan guru dan yang paling penting guru dapat menentukan arah tujuan pembelajaran yang tepat untuk siswa.


  1. Strategi kognitif
Strategi kognitif merupakan hal yang sangat penting dalam keterampilan. Kemampuan ini mampu mengatur individu itu sendiri, mulai dari mengingat, berpikir, dan berperilaku. Hal ini menjadi tujuan utama dalam pendidikan untuk mengembangkan kreativitas siswa dalam pemecahan masalah. Ada lima jenis strategi-strategi kognitif, antara lain; strategi-strategi menghafal, strategi-strategi elaborasi, strategi-strategi pengaturan, strategi-strategi pemantauan pemahaman, dan strategi-strategi afektif.
Jika strategi kognitif disematkan pada pembelajaran matematika, maka terdapat kompetensi-kompetensi yang harus ditanamkan pada siswa. Pembelajaran matematika ditujukan agar siswa tidak hanya menghafal rumus-rumus matematika saja, tetapi juga dapat mengaitkan pokok bahasan sebelumnya yang relevan, mengelompokkan konsep-konsep menjadi kategori yang bermakna; misal materi geometri dimensi satu yaitu titik, dimensi dua yaitu titik dan garis yang membentuk bangun datar, dan dimensi tiga yaitu titik, garis, bidang, bangun ruang., kemudian belajar dengan mengetahui proses yang sedang dilakukan anyang terakhir belajar dan memusatkan perhatian.
Dalam upaya untuk mengembangkan strategi kognitif anak, maka guru melakukan perencanaan pembelajaran dengan memperhatikan hal-hal berikut; kinerja, kondisi internal dan kondisi eksternal. Strategi kognitif merupakan kemampuan yang datangnya dari dalam individu itu sendiri. Oleh karena itu guru harus mengetahui karakteristik yang dimiliki siswa. Kapasitas intelektual dari siswa berbeda-beda, karena faktor keturunan/genetik memiliki pengaruh. Guru tidak bisa memaksakan semua siswa memiliki pemikiran yang seragam antara satu dan lainnya.
Kondisi internal dan eksternal pembelajaran walaupun berpengaruh tidak langsung terhadap strategi kognitif seseorang juga tetap diperhatikan. Dalam rangka memecahkan masalah, siswa diharapkan memiliki beberapa strategi kognitif. Berdasarkan kemampuan kognitif yang dimilikinya siswa melakukan seleksi. Setelah menemukan pengetahuan yang dapat digunakan sebagai dasar pemecahan masalah, siswa membutuhkan strategi kognitif lainnya untuk menyelesaikan masalah tersebut, seperti proses atau urutan langkah yang harus dikerjakan dan lain-lain.
Kondisi eksternal saat pembelajaran juga dibutuhkan siswa, artinya seseorang harus mengorganisir peristiwa-peristiwa eksternal sedemikian rupa untuk menambah kemungkinan tercapainya strategi kognitif yang diharapkan. Pembelajaran diharapkan berada pada kondisi yang menyenangkan dan memberi kesempatan siswa untuk berpikir. Oleh karena itu dalam perancangan pembelajaran, guru diharapkan dapat menciptakan suasana yang mendukung untuk siswa berpikir.
  1. Informasi Verbal
Dalam kegiatan belajar, informasi verbal seperti nama bulan, hari, angka, kota, Negara, dsb terkam dalam ingatan. Kemampuan verbal yang didapatkan siswa dari belajar secara sadar maupun tak sadar menjadi kompetensi yang harus ditingkatkan. Kemampuan verbal menyangkut bagaimana siswa menyampaikan informasi maupun berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis berupa susunan kata-kata.
Kemampuan verbal yang dikembangkan dalam pembelajaran matematika meliputi mengomunikasikan persoalan matematika baik menggunakan kalimat sehari-hari maupun mengubahnya dalam bentuk kalimat matematika. Selain itu juga mengenalkan simbol-simbol yang terdapat pada matematika berikut penggunaannya.
Perencanaan pembelajaran yang disusun guru meliputi melatih siswa untuk menyampaikan kembali apa yang mereka peroleh. Strategi ini sering dilakukan dengan pembelajaran yang bentuknya diskusi kelompok. Siswa diminta menjelaskan kembali apa yang mereka peroleh dari diskusi tersebut. Guru juga melatih siswa bagaimana menjelaskan sebuah persoalan matematika secara runtut. Menyebutkan hal-hal yang diketahui, hal yang ditanyakan, kemudian menjelaskan penyelesaian secara terurut.
  1. Kemampuan motorik
Sebuah keterampilan motorik adalah salah satu jenis kemampuan manusia yang paling jelas untuk diamati. Kemahiran ini merupakan kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu dengan menggunakan mekanisme otot yang dimiliki. Untuk mengetahui seseorang memiliki kapabilitas keterampilan motorik, kita dapat melihatnya dari segi kecepatan, ketepatan, dan kelancaran gerakan otot-otot, serta anggota badan yang diperlihatkan orang tersebut.
Keterampilan motorik dalam pembelajaran matematika antara lain dapat menggunakan alat peraga matematika dengan baik. Menggunakan peralatan sepeti busur, jangka, penggaris dan lain-lain. Selain itu kemampuan siswa dalam menggambarkan bangun-bangun geometri dua dimensi maupun tiga dimensi.
Pembelajaran yang mengembangkan kemampuan ini dapat disusun dengan banyaknya praktek siswa untuk menggunakan alat peraga matematika, maupun alat-alat matematika terebut. Kemampuan ini merupakan yang paling dapat dilihat karena memiliki hasil konkret. Guru dapat menilai kemampuan siswa apakah sudah berkembang atau belum dengan mengamati koordinasi siswa dalam menggunakan alat-alat tersebut.
  1. Sikap
Di samping kemampuan kognitif, kemampuan afektif siswa juga menjadi salah salah satu kemampuan yang harus dikembangkan. Sikap merupakan kemampuan mereaksi secara positif atau negatif terhadap orang, sesuatu, dan situasi. Kemampuan afektif siswa dinilai dari bagaimana respon siswa yang tepat dalam menghadapi situasi tertentu.
Dalam pembelajaran matematika, terdapat banyak sikap yang dapat dikembangkan seperti berpikir kreatif, rasa ingin tahu yang tinggi, bertanggung-jawab dan sabar. Dalam merancang pembelajaran yang mengembangkan kemampuan sikap siswa, guru apa mengamati respons siswa misalnya ketika dihadapkan pada persoalan matematika, ataupun saat diskusi kelas. Guru bisa mengamati bagaimana sikap siswa, apakah antusias dalam mengerjakan matematika maupun dalam diskusi kelas atau tidak.

0 komentar:

Posting Komentar